Jumat, 18 Juni 2010

Lebih Dari Pemenang - Laskar TUHAN (1)

Paskah adalah hal yang
sungguh luar biasa. Apakah
makna Paskah bagi kita?
Yesus Kristus bangkit dari
kematian dan karena itu,
sekarang kita dapat
menjalani hidup yang baru.
Kita dapat menjadi manusia
merdeka - manusia yang
merdeka dari kuasa dosa,
Iblis dan dunia. Hanya jika
kita telah dibebaskan maka
kita dapat berbicara tentang
lebih dari sekadar pemenang.
Yesus Kristus berkata,
"Barangsiapa berbuat dosa,
maka dia adalah budak
dosa." Dia tidak merdeka.
Yesus Kristus telah mati dan
bangkit kembali untuk
memerdekakan kita. Apakah
Anda merdeka? Tahukah
Anda apa itu hidup yang
baru?
Tema kita hari ini berkaitan
dengan hal menjadi
pemenang. Kita tidak mau
mempelajari hal ini dari segi
teori saja. Jadi, secara
praktis, "Bagaimana kita bisa
hidup berkemenangan?" Apa
makna kemenangan atau
kekalahan bagi Anda?
Shanghai - Di masa
Pendudukan Jepang
Saya cukup tua untuk bisa
mengingat peristiwa Perang
Dunia Kedua. Tentu saja
pada saat itu saya masih
anak kecil. Waktu perang
sedang berlangsung saya
sering mendengar bunyi
raungan yang bagi saya
sangat aneh. Setiap
beberapa saat, terdengar
bunyi raungan yang
mencekam di seluruh penjuru
kota. Belakangan baru saya
mengetahui bahwa itu adalah
bunyi tembakan peluru
meriam. Tembakan peluru
meriam menghasilkan bunyi
dentaman yang sangat aneh
dan berisik. Sebagai seorang
anak kecil, saya
mendengarkan bunyi ribut itu
bergaung di telinga saya
sepanjang hari.
Pasukan Jepang menembaki
kota Shanghai, salvo demi
salvo, dari kapal perang
yang berlabuh di sungai.
Salvo berarti semua meriam
di kapal ditembakkan secara
bersamaan. Efeknya sangat
mengerikan. Setelah raungan
peluru meriam, akan
terdengar bunyi senapan
mesin yang besar. Bunyi
senapan mesin yang besar
akan dibalas tembakan
senapan pasukan. Itu
menandakan bahwa pasukan
penyerbu sedang bergerak
dan semakin mendekat.
Saya berbicara tentang
perang sebagai seorang
saksi mata. Untuk ke sekolah
saya harus melintasi
jembatan sungai 'Huang Pu',
yang selalu dikawal prajurit
Jepang. Helm tentara Jepang
terlihat cukup lucu pada masa
itu, seperti panci yang
diletakkan terbalik. Dia
berdiri tegak dengan
peralatan perang yang
lengkap, terlihat rangkaian
peluru serta berbagai macam
benda melingkari sekujur
badannya. Tangannya
memegang senapan dengan
bayonet yang panjang.
Bayonet itu cukup panjang
untuk menusuk tiga orang
sekaligus. Pada masa kini,
para prajurit hanya memakai
bayonet yang pendek, akan
tetapi di masa lalu, bayonet
yang dipakai sangatlah
panjang.
Saya bertumbuh dengan
kesan-kesan semacam itu di
dalam benak saya. Setelah
perang berakhir saya
menemukan hal-hal yang
tidak saya ketahui selama
masa perang. Salah satunya
adalah penemuan bahwa
salah seorang kenalan baik
kami, seorang profesor di
bidang kimia, yang sering
berkunjung ke rumah kami,
adalah seorang agen khusus
China. Beliau ditempatkan di
Shanghai untuk mengamati
semua pergerakan pasukan
Jepang dan
menginformasikan ke markas
pasukan China. Tak
terbayangkan apa yang akan
terjadi jika dia tertangkap!
Setelah masa perang, ibu
saya juga menceritakan
bahwa pernah sekali
beberapa anggota keluarga
saya menumpang trem
(kereta dalam kota) bersama
dia di Shanghai. Trem
tersebut dihentikan secara
paksa oleh tentera Jepang
dan mereka menggeledah
setiap penumpang. Profesor
ini yang juga adalah agen
rahasia China itu sedang
membawa senjata api yang
diikat di pergelangan
kakinya.
Ajaibnya, tentara Jepang itu
menggeledah sampai ke betis
dan berhenti tepat di atas
pistol tersebut. Mungkin
punggungnya sudah terasa
agak letih sehingga dia tidak
mau menunduk lebih rendah
lagi. Kalau saja dia
melanjutkan penggeledahan,
maka dia akan segera
menyentuh pistol yang terikat
di pergelangan kaki profesor
kimia ini. Dan itu akan berarti
akhir dari hidupnya, dan juga
hidup keluarga kami.
Ayah saya pada waktu itu
tidak berada di Shanghai, dia
bertempur di garis depan
bersama pihak Nasionalis.
Suatu hari, sekumpulan
perwira Jepang datang ke
rumah kami. Dan ibu saya
hampir saja pingsan karena
ketakutan. Ibu saya mengira
identitas ayah saya sudah
terungkap. Ketika ibu pulang,
para perwira Jepang itu
sudah menunggu. Jika Anda
pernah menonton film,
tentunya Anda akan tahu
seperti apa kelakuan tentara
Jepang. Apa yang ditampilkan
di film-film tersebut sangatlah
akurat. Para perwira itu
duduk di ruang tamu dan ibu
saya bertanya, "Ada
keperluan apakah kalian
datang kemari?" Tak ada
yang menjawab.
Ibu saya mengulangi
pertanyaan ini berkali-kali,
"Dapatkah Anda memberitahu
saya apa urusan Anda
datang kemari?" Namun
mereka tidak menjawab sama
sekali. Saat itu saya tidak
berada di rumah. Saya masih
di sekolah. Lalu ibu saya
memutuskan, kalau mereka
tidak mau berbicara, maka
dia pun akan diam saja.
Kemudian dia duduk dan
berdiam diri. Mereka seperti
sedang bermain patung-
patungan, kamu melihat aku,
aku juga melihat kamu.

Blessing Family Centre Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar