Jumat, 18 Juni 2010

Lebih Dari Pemenang - Laskar TUHAN (2)

Akhirnya para prajurit
Jepang ini merasa bosan
dengan permainan tersebut,
lalu akhirnya salah satu dari
mereka berdiri. Dia menunjuk
ke arah radio. Kemudian ibu
saya berkata, "Ada apa
dengan radionya?" Akhirnya
dia berkata, "Radio
gelombang pendek. Tidak
diperkenankan. Itu adalah
tindakan kriminal."
Nah, Anda dari film-film
tentang penjajahan Jepang,
tentunya Anda tahu bahwa
mereka gemar memenjarakan
orang-orang untuk berbagai
macam alasan. Mungkin saat
itu penjaranya sudah terlalu
penuh, jadi mereka
memutuskan untuk
membiarkan ibu saya bebas.
Karena kabel radio itu
menjulur sampai ke atap, dia
berkata kepada ibu saya,
"Pergi turunkan antena!" Ibu
saya menjawab, "Saya tidak
tahu bagaimana cara
menurunkannya. Terlalu
tinggi buat saya. Silahkan
Anda menurunkannya." Dia
terlihat marah. Namun
akhirnya dia pergi ke atas
dan menurunkan antena dan
setelah itu mereka berbaris
pergi, terlihat ganas seperti
biasanya.
Pada kesempatan yang lain,
ada dua tentara Jepang
datang ke rumah dan
mengapit saya di antara
mereka. Mereka menawarkan
banyak gula-gula kepada
saya. Wah, tiba-tiba saja
orang Jepang menjadi orang-
orang yang baik. Mereka
bertanya, "Di manakah
ayahmu? Siapa nama
ayahmu?" Waah, saya tidak
berani menyebutkan
namanya. "Coba lihat, waah,
permen yang sangat manis
ini. Eh. Omong-omong,
kemanakah ayahmu pergi?
Dia pergi jauh ya?"
Saat itu saya harus berkata
kepada mereka bahwa saya
tidak tahu apa-apa. Saya
tidak tahu kemana perginya
ayah saya, dan saat ditanya,
saya juga menjawab saya
tidak tahu siapa namanya.
Saya bisa melihat nenek saya
di jendela. "...Jangan
katakan, jangan katakan..."
Nenek saya begitu tegang
dan gemetaran. Jadi saya
tahu ada yang tidak beres
dengan tawaran gula-gula
itu. Bagaimanapun, mereka
tidak berhasil mendapatkan
keterangan apa-apa dari
saya. Mengenang apa yang
telah terjadi rasanya cukup
lucu. Akan tetapi setiap
peristiwa yang saya
sebutkan dapat saja berarti
maut bagi saya dan ibu saya.
Saya menghadapi banyak
peristiwa yang dapat
berakibat pada maut.
Kekalahan dan
Kemenangan
Kemudian Jepang dikalahkan.
Pernahkah Anda melihat
pasukan yang kalah?
Pernahkah Anda melihat
seperti apa pasukan yang
sedang menang? Pasukan
China akhirnya masuk ke
kota Shangai, diikuti oleh
pasukan sekutu. Pihak yang
menang kelihatan sangat
bahagia. Mereka berbaris
dengan kepala terangkat.
Mereka terlihat begitu
gembira. Bagaimana dengan
pasukan Jepang? Oh,
pasukan yang kalah
kelihatan sangat
menyedihkan. Para prajurit
yang biasanya bangga dan
angkuh sekarang berjalan
dengan kepala tertunduk. Di
belakang mereka adalah
barisan pasukan China. Kali
ini pasukan China tampil
dengan bayonet terhunus,
mengawasi para tawanan
Jepang yang terlihat loyo dan
tidak bersemangat. Dalam berbicara tentang
perang dan kemenangan,
saya memandang hal ini
mungkin dari cara yang
berbeda dari cara pandang
Anda. Saya sudah melihat
pasukan di medan perang,
bukan sekadar di lapangan
upacara. Di tahun 1949, saya
melihat peperangan yang lain
lagi. Sekali lagi saya melihat
seperti apa itu pasukan yang
menang dan pasukan yang
kalah. Hal yang sama
terulang kembali. Raungan
peluru meriam bergemuruh.
Senapan mesin besar
menyalak. Dan akhirnya
terdengar suara letupan
senapan. Pasukan yang
sedang berbaris di lapangan
upacara terlihat sangat rapi
dan bagus. Sungguh berbeda
dengan pemandangan
pasukan dalam susunan
tempur mereka.
Kali ini yang saya lihat adalah
kekalahan Pasukan
Nasionalis, gambaran yang
sangat menyedihkan. Mereka
bertempur dengan gigih,
namun tak ada jalan untuk
menang. Pada malam terakhir
sebelum kota Shanghai jatuh,
saya semalaman tidak bisa
tidur. Saya berdiri di atas
atap rumah saya dan
menyaksikan pertempuran
yang sedang berlangsung.
Saya melihat pasukan
Nasionalis memundurkan
pasukan mereka. Garis
pertahanannya sudah jebol,
jadi mereka bergerak keluar.
Seragam mereka tampak
kusut, senapan mereka
tergantung-gantung.
Beberapa saat kemudian
mereka membuang senapan
mereka diikuti dengan
seragam mereka. Mereka
berjalan dengan pakaian
dalam saja karena takut
tertangkap oleh kaum
Komunis. Pernahkah Anda
melihat pasukan yang kalah?
Pada waktu fajar, pasukan
Komunis bergerak masuk.
Mereka sangat kelelahan
karena telah bertempur
semalaman. Tubuh mereka
berbalut lumpur dan kelihatan
kotor. Walaupun kelelahan,
tetapi ada keceriaan di
wajah, mereka berada di
pihak yang menang. Dan
mereka bergerak maju
menguasai kota yang sudah
ditinggal pasukan Nasionalis.
Beberapa jam kemudian,
datanglah pasukan baru
yang masih segar dan
seragam mereka terlihat
bersih dan rapi. Mereka
mengambil alih kota. Begitulah
perbedaan antara pasukan
yang menang dengan yang
kalah.
Menjadi seorang Kristen
= Pasukan Pembebasan
Allah
Pokok bahasan kita hari ini
adalah jemaat sebagai suatu
pasukan. Dan jika Anda
seorang Kristen maka Anda
berada di dalam pasukan.

Blessing Family Centre Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar